26 November 2007

the Magangers

Ini bukan sebuah grup band anyar yang beraliran indies dan semua liriknya berbau provokatip (masih kepengaruh sama masa kecil di Cilegon). Ini adalah sebuah kisah dimana mimpi akan menjadi suatu kebutuhan, imajinasi adalah harapan dan uang adalah kehidupan (ya iyaaalah). Ini adalah sebuah cerita tentang segrombolan pemimpi yang berada (mulai awal bulan ini) di sebuah gedung lembaga tinggi negara yang berada di kawasan jalan protokol dan di seberang gedung yang bentuknya seperti kutang kebalik (bukan maksud porno, tapi coba aja liat!).
Cerita ini bermula ketika suatu hari atasan si Om dan The Oak Trees meminta tolong untuk datang lebih pagi. Tanpa pikir panjang si Om dkk langsung aja meluncur ke kantor lebih pagi dari biasanya (yang menjadi korban adalah teman seboncengan si Om). stibanya di kantor, si Om langsung mendapat perintah (siap jenderal!) untuk bersiap diri karena kita hendak berangkat ke daerah di kawasan selatan Jakarta, Kalibata (mungkin dulu banyak orang yang tawuran dengan bata sebagai alat pertahan diri) lebih tepatnya. Yup, betul. Diharapkan ada enam orang yang akan membantu persiapan sebuah acara semacam seminar di sana.
Kita berangkat naik mobil dinas dari seorang pejabat Eselon II yang saat ini menempati jabatan sebagai Ka. Aud. 3a. Seorang bapak yang tampak berwibawa walopun terkadang masih suka melontarkan humor-humor segar dan masih suka tampak menikmati nikmatnya seorang backpackers setiap harinya beliau berangkat ke kantor. Di mobilnya ada seorang pegawai yang juga berasal dari Sekolah Tinggi Anti Nyontek nan seksi dan tambun, 2 orang CPNS wanita dan 5 orang magangers (kita hendaklah turut berduka karena ternyata salah seorang magangers bangun kesiangan) dan Tentu saja sang Bapak pejabat eselon II empunya mobil. Di jalan si Om melihat salah satu senior Sekolah Tinggi Anti Nganggur yang mendapat penempatan di KPP PMA(penanaman modal asing, bukan pre menstruation ayndrom) 3 di Kalibata. Langsung ajah di telpon dan dengan biadabnya ternyata di langsung celingukan kayak beberapa orang mahasiswa Sekolah Tinggi Agak Nakal ketika ditinggal pengawas ruangan saat ujian...hehe, gak maksud nyindir loh!.
Gak berapa lama setelah melewati 72 rintangan dan 99 cobaan (mirip sebauh cerita dari cina yah?!), akhirnya tim tiba di lokasi Uji Nyali. Terletak di depan Kalibata Mall setelah perlintasan kereta api, tampak sebuah lokasi bangunan yang agak menjorok ke dalam. Di dalamnya sudah nampak beberpa orang yang terlihat gugup, sedikit bernapas, banyak berkeringat dan ada juga tampak beberapa mata lelah (kan udah di bilangin sama bang Haji gak boleh begadang!). Kami langsung turun dan siap untuk menghadapi dunia. Tak berapa lama kemudian, mulai berdatangan beberapa orang yang berkendara sendiri maupun menggunakan supir (entah males ato emang baru ajah punya mobil jadi lum sempet buat belajar menyupir). hingga beberpa waktu kenudian akhirnya si Om tau kalo ini adalah sebuah rapat antara Lembaga di jalan GatSu seberang gedung kutang kebalik dengan semua obyek pemeriksaan Anak Kecil Nakal III yang lagi mo ngompol...(cuma buat nyamarin doang!).
Waktu menunjukkan pukul (aduh sakit) sembilan dua puluh lima menit empat puluh sembilan detik ketika ada seorang yang membawa kertas semacam rundown acara dan menyatakan kalo lima menit lagi akan ada coffee break(siapa yang matahin kopi?). semua makanan telah disiapkan dan minuman telah ditaruh di beberapa jar Lumayan lengkap juga, dari kue basah sampai cake, dari kopi sampai teh.
...Dan Bencanapun Datang...
Seorang ibu dengan perawakan subur, dengan memakai jilbab berwarna merah muda dan sedikit luntur dengan muka yang menampilkan kelelahan dan ketidakpuasan atas hidupnya selama ini, datang dengan tampak hendak mengambil minuman. Tanpa mengantri (just like Indonesian..usually), langsung mengambil segelas cangkir dengan alasnya yang dipilih tanpa noda. Berdiri dia di depan jar kopi dan langsung membuka semacam keran kecil untuk mengisi cangkir kecil tadi yang selanjutnya diminum secara angkuh. Kue pun segera ditaruh ke piring kecil untuk kue dan hanya menyisakan sedikit ruang untuk tempat jari agar piring tadi dapat dipegang.
"Hey,kamu! mana gulanya?" tegurnya angkuh ke si Om.
"Wah maaf ibu, kalo gak salah kopinya sudah manis." kata si Om yang masih sadar posisinya sebagai the Magangers.
"Emang tehnya sudah manis?" masih juga angkuh.
"Saya kurang tau, Ibu. Coba saya cari orang yang jadi PJ." Si om mulai bingung.
"Ya udah, Cepat sana!!" Nadanya semakin keras dan ekspresi mukanya seperti hendak menelan bulat2 si Om yang bulat ini (hueeeek).
Langsung aja si om turun ke lantai dasar untuk menemui petugas katering yang sedang menyiapkan makan siang dan langsung memberitahunya. Tapi saat memperhatikan para petugas katering tersebut ada yang si Om sadari kenapa ibu gemuk tadi berkata kasar dengan si Om....Ternyata pakaian si Om bertipe sama dengan seragam para petugas katering...kemeja putih dan celana panjang kain hitam...DAMN!!!
Saat acara selesai ada pejabat eselon II yang lain dan bertempat tinggal di kawasan Taman Mangu (coba tebak apa hubungannya sama Jurangmangu?) yang mengajak si Om dan Ledeng buat naik mobilnya untuk kembali ke kantor. Di dalamnya kami sharing dan ditambah dengan seorang pejabat eselon IV yang selalu beruntung dan memang lulusan Sekolah Tempat Anak Ngobrol. Tanpa sadar ternyata "derita yang baru saja dialami si Om terlontar ke dalam forum. Pejabat Eselon II tadi lalu menanyakan mengenai identitas si Ibu Gemuk tadi. Dan ternyata bapak itu mengenalnya.
"Mau saya telepon,mas?" tanya sang pejabat.
"Waduh, kalo itu mah terserah bapak aja." Jawab si Om sambil muncul senyum khas iblis yang berhasil menggoda manusia.

Tidak ada komentar: